sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

WEF Waspadai Krisis Biaya Hidup 2023, Indonesia Perlu Bersiap

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
17/01/2023 11:51 WIB
Krisis biaya hidup ini masih akan menghantui banyak negara hingga tahun 2024, termasuk Indonesia.
WEF Waspadai Krisis Biaya Hidup 2023, Indonesia Perlu Bersiap. (Foto: MNC Media)
WEF Waspadai Krisis Biaya Hidup 2023, Indonesia Perlu Bersiap. (Foto: MNC Media)

Pelonggaran kebijakan Covid-19 China dapat meningkatkan harga energi dan komoditas lebih lanjut dan akan menguji ketahanan rantai pasokan global jika perubahan kebijakan tetap tidak dapat diprediksi karena lonjakan kasus Covid-19

Chief Economists Outlook Edisi September 2022 lalu sudah mulai menyoroti krisis biaya hidup, dengan anjloknya upah riil yang menyebabkan kemiskinan yang memburuk dan keresahan sosial yang meluas.

Di awal 2023, kekhawatiran ini masih nyata, dan banyak rumah tangga menghadapinya tantangan ganda menghadapi biaya yang relatif tinggi untuk kebutuhan dasar seperti kebutuhan makanan, sekaligus merasakan dampak kebijakan moneter yang dirancang untuk membatasi inflasi dalam jangka panjang.

Meski demikian, mayoritas responden survei sebanyak 68% memperkirakan krisis ini akan mereda hingga akhir 2023.

Namun, dampak berkelanjutan dari krisis biaya hidup tidak boleh diremehkan. Mayoritas responden berpandangan bahwa biaya energi dan makanan akan terus berdampak buruk pada rumah tangga baik di negara berpenghasilan tinggi maupun rendah sepanjang 2023.

Indonesia Perlu Bersiap

Selaras dengan kondisi di atas, Hasran, ekonom perdagangan dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan penyebab utama krisis biaya hidup adalah tingginya inflasi sebagi dampak dari naiknya harga pangan global dan juga energi.

Meski demikian, menurut Hasran, walaupun inflasi akan turun di kuartal ke dua 2023, krisis biaya hidup ini masih akan menghantui banyak negara hingga 2024, termasuk Indonesia.

“Inflasi di Indonesia banyak dipengaruhi harga-harga komoditas pangan. Menjalang akhir 2022 harga-harga pangan mengalami kenaikan dan dibarengi dengan naiknya harga bahan bakar bersubsidi. Konsekuensinya inflasi pun naik dan memaksa masyarakat memangkas pengeluaran makanannya,” ujarnya saat dihubungi tim IDX Channel, Selasa (17/01).

Ia menambahkan, di 2022, BPS melaporkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia sedikit mengalami peningkatan.

Di awal 2023, indonesia akan mengahadapi masa panen, dan diperkirakan harga bahan-bahan pangan akan mengalami penurunan dan inflasi juga akan terkontrol selama masa ini.

“Setelah masa panen berakhir indonesia juga diperkirakan akan menghadapi musim kemarau di 2023 yang berpotensi membuat harga pangan menjadi naik,” imbuhnya.

Walaupun demikian, menurut Hasran, di Indonesia, tingkat inflasi 2023 diperkirakan berada di kisaran 6%. Cukup tinggi dibandingkan 2022 lalu, tapi relatif aman dibandingkan negara-negara Asia maupun ASEAN lainnya.

“Jika disimpulkan, Krisis biaya hidup ini akan tetap dirasakan masyarakat Indonesia namun secara magnitude masih relatif terkontrol,” pungkasnya. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement