"Kami memang lebih memilih untuk menjual batik tulis karena teknik membatik itulah yang kami mau lestarikan. Jangan sampai terus menjadi dying tradition. Di sisi lain, kami juga ingin mendukung para pengrajin batik rumahan (home industry) agar mereka bisa bertahan," ungkapnya.
Christian menambahkan, edukasi dan promosi menjadi kunci penting dalam membangkitkan kembali gairah industri batik tulis di Indonesia. Terutama dalam memperluas segemen pasar hingga menyentuh generasi muda.
Melalui edukasi dan promosi, diharapkan dapat menumbuhkan kembali rasa cinta anak muda, dan pada akhirnya mereka akan memahami nilai-nilai atau value dari batik itu sendiri. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan beberapa elemen penting seperti menguatkan unsur story telling agar generasi muda lebih tertarik dalam menangkap informasi.
"Kalau anak muda lebih sering terekspos ke dunia batik, makin lama bisa mengerti valuenya dan mengerti betapa rumitnya membatik. Itu semua akan bersinergi dalam creating a demand. A demand for batik. Sehingga batik tulis akan kembali dilirik masyarakat luas, tidak hanya sebagai item fashion tetapi juga maha karya seni warisan budaya kita,” pungkasnya.
(YNA)