Chandra menilai bahwa mobil Eropa seperti McLaren membutuhkan jam terbang tinggi untuk menanganinya. Ia pun mengaku sebelum resmi menjadi teknisi, ada beberapa tahap pelatihan yang mesti ia jalani.
"Komponen mobil kan banyak, harus mendetail dan menyeluruh juga. Kami menggunakan alat diagnosis khusus untuk mempermudah menemukan masalah. Kalau sudah ditemukan, baru kami kerjakan," ungkapnya.
Lanjutnya bahwa, “Sebelumnya saya teknisi di Mercedes. Walaupun sama-sama pabrikan Eropa, saat pindah ke McLaren tetap mendapat training khusus di Singapura. Dan pelatihannya itu running terus, update terus modulnya.”
"Intinya kami mendapat pembekalan karena memang perawatannya berbeda dengan mobil Jepang. Tidak sembarangan untuk menangani mobil seperti McLaren," pungkasnya. (TYO)
Penulis: Nur Pahdilah