Di Italia, Domino’s Pizza berjanji akan memenangkan hati pelanggan Italia dengan menggunakan bahan-bahan “murni Italia'', termasuk 100 persen saus tomat dan mozzarella, serta produk-produk seperti prosciutto di Parma dan gorgonzola.
Selain itu, mereka juga berinisiatif memberikan sentuhan-sentuhan Amerika ke dalam hidangan pizza dan pasta yang mereka tawarkan kepada pelanggan. Salah satu sentuhan yang dimaksud adalah penambahan nanas sebagai topping. Hal ini ternyata tidak disukai orang-orang di Italia. Orang Italia lebih menyukai cara klasik yang dilakukan oleh restoran-restoran lokal. Alhasil pada saat bangkrut, orang-orang Italia justru menampilkan suka citanya dan mengucapkan selamat tinggal selamanya pada Domino’s Pizza.
Adanya pandemi Covid-19 juga membuat Domino's kesulitan. Pandemi tidak memungkinkan adanya pelayanan untuk makan di tempat karena pada saat itu kontak fisik sangatlah dihindari oleh siapapun. Oleh karena itu, semua restoran beralih ke layanan antar dan order daring.
Agar dapat mengantarkan produk mereka sampai ke tangan pelanggan, Domino’s Pizza harus menandatangani kesepakatan dengan layanan pihak ketiga seperti Deliveroo Plc, Just Eat Takeaway.com NV, serta Glovo. Di tengah persaingan dengan restoran lokal yang cukup ketat itu, Domino’s Pizza mengalami krisis keuangan dan mencari perlindungan dari kreditur.
Menurut laporan tahunan yang diaudit, Domino’s Pizza memiliki utang sebesar 10,6 juta euro (USD10,8 juta) pada akhir 2020. Lalu pada April 2022, Domino mengajukan kebangkrutan akibat kegagalan bisnis. Pengadilan lalu memberikan izin 90 hari perlindungan Domino's untuk mencegah krediturnya menuntut pembayaran dengan menjual asetnya. Ketika 90 hari berakhir, pada bulan Juli tahun ini Domino's telah mengucapkan selamat tinggal terakhirnya ke Italia.