"Kami ingin itu terlihat asli. Saya ingin terlihat seperti rumah orang Bali," katanya. Pasutri ini lantas mencari pengrajin lokal, membeli lebih banyak tanah di sebelah rumah mereka, dan menyewa perusahaan Bali Cipta Bali Architect untuk memimpin desain.
“Tantangan kami adalah menambahkan lebih banyak gladak ke situs dan mempertahankan nuansa rumah di tengah hutan,” ujar sang arsitek, Made Sucipta Rokana kepada Insider.
Setiap perabot di vila adalah barang antik atau buatan tangan. Pasangan ini mengirimkan joglo kayu berukir (atap berkubah) berusia 200 tahun dari Jawa untuk menjadi pusat perhatian di setiap gladak.
Burung-burung kayu menggantung dari langit-langit paviliun kolam renang. Bak mandi dipahat dari batu vulkanik hitam. Sebuah pintu kayu tua sekarang menjadi meja untuk vila kolam renang, dan brankas abad ke-19 menjadi daya tarik di kamar tidur utama.
Sebelum pasangan itu memulai pembangunan, seorang pendeta Hindu setempat sempat mengunjungi tempat itu untuk memastikan tanah itu bebas dari roh jahat. Setelah mereka selesai membangun, pendeta Hindu kembali untuk melaksanakan upacara Melaspas, yang sangat penting bagi umat Hindu Bali.