Selain itu, aplikasi ini juga akan menggunakan radar untuk semakin menjamin akurasi prakiraan cuaca.
“Prakiraan kan sebenarnya hitungan matematik berbasis model global. Namun model global itu kita down scale menjadi model lokal, dan agar akurat kita verifikasi dengan titik-titik observasi yang ada di Indonesia,” katanya.
“Selain titik pengamatan juga ada radar, titik pengamatannya ribuan, radarnya puluhan dan ada satu satelit, sehingga inshaallah jadi lebih akurat,” ujar dia.
Lebih lanjut, aplikasi IBF ini nantinya akan terpisah dengan prakiraan cuaca yang ada di Info BMKG. Untuk proyek percontohan, aplikasi ini baru bisa digunakan untuk wisatawan yang akan berlibur ke Labuan Bajo.
Meski begitu, Dwi mengungkapkan, ke depannya sejumlah tempat wisata lainnya di Indonesia juga akan masuk dalam aplikasi tersebut. Proyek percontohan aplikasi IBF akan diluncurkan pada November atau Desember 2024.
(Dhera Arizona)