Siwo menilai para seniman panggung ini mampu menggabungkan brand yang mereka bangun dengan brand klub yang dimiliki, sekaligus dapat mengkombinasikan pengikut mereka ke dalam suporter klub di tengah pangsa pasar yang lebar.
Mengingat besarnya 'sense of belonging/rasa memiliki' masyarakat terhadap klub kecintaannya, suntikan modal artis dalam sebuah klub juga dinilai menjadi titik temu investor, pengusaha/pemilik klub, dan konsumen.
"Artis itu juga brand. Prilly itu brand. Raffi Ahmad itu brand. Brand itu kalau dipupuk terus jadinya bagus. Kalau dia (artis) beli klub, itu bisa diinterpretasikan sebagai cobranding," tuturnya.
Namun, Siwo menyoroti bahwa keberlangsungan brand bagi suatu klub yang lekat dengan 'ketokohan' akan bergantung terhadap aktivitas figur publik tersebut.
"Kalau artisnya kena narkoba, bisa jadi brandnya hancur. Sama sebenarnya dengan produk bisnis tertentu, kalau brand suatu produk kena kasus misalnya, bisa jadi dia bakal turun" terangnya.