Selain itu, Siwo menitikberatkan prospek bisnis dan branding sepak bola terletak di peminatnya. Dalam hal ini, dirinya meyakini bahwa manajemen dan komitmen pengelola klub adalah kunci brand itu bisa memiliki keberlanjutan.
"Jadi menurut saya, sustainable industri sepak bola itu ada di basis customernya. Sekali lagi, kuncinya itu ada di komitmen dan manajemen. Perlu dipertanyakan apakah saat artis itu beli, kinerja manajemennya jadi mumpuni tidak," tukasnya.
Boneka Pengusaha?
Siwo mengkhawatirkan masuknya artis dalam klub bola tanpa disertai kemampuan fundamental bisnis yang kuat, terlebih hanya mengikuti tren semata, dapat memutarbalikkan prospek usaha.
Lebih jauh Siwo menyayangkan apabila bergabungnya artis ke dalam sebuah klub hanya digunakan sebagai gorengan para pengusaha semata dalam membangun imaji positif untuk umpan dalam samudra pencarian investor.
"Takutnya itu klub-klub bola hanya menggoreng ketenaran artis, baik dari pemilik lama maupun si artis juga yang kebetulan ingin punya klub. Sehingga saat sudah dapat misinya, dapat cuan, terus lari," tegasnya.