Dinamika kepemimpinan di Tinder ini pun tak menghalangi perkembangan Tinder. Pada tahun yang sama, perusahaan aplikasi kencan online ini mulai memperluas sumber pendapatannya dengan monetisasi. Perusahaan ini memunculkan layanan berbayar Tinder Plus. Tinder juga mulai menayangkan iklan berbayar dengan menggandeng perusahaan minuman beralkohol yakni Budweiser.
Kesuksesan Tinder semakin melejit hingga berhasil mengakuisisi startup penyedia layanan pesan berbasis foto, Tappy. Disusul akuisisi kedua dilakukan Tinder terhadap Humin, sebuah perusahaan layanan manajemen kontak asal San Francisco.
Perkembangan Tinder dengan peningkatan layanannya berhasil membawa perusahaan ini memperoleh pendapatan sebesar USD456 juta atau sekitar Rp6,76 triliun pada kuartal I/2022.
Penghasilan fantastis ini tentu tak luput dari banyaknya pengguna aplikasi ini. Hingga 2021, pengguna aplikasi ini telah mencapai sebanyak 57 juta pengguna setiap bulannya. Dari jumlah tersebut, sekitar, 6,5 juta di antaranya bahkan berlangganan fitur-fitur premium yang berbayar.
Itulah ulasan mengenai siapa pembuat aplikasi Tinder, sebuah aplikasi kencan online paling populer saat ini. Apakah Anda salah satu penggunanya?