“Kemudian sepeda lipat ini adalah sepeda commuter, karena banyak digunakan di jalan perkotaan. Lebih dipakai untuk aktivitas orang untuk trasnportasi juga. Kalau di Indonesia ini kebanyakan hanya untuk pemakaian olah raga rekreasi saja. Karena peminatnya kebanyakan di kota dan banyak pesepeda pemula juga, makanya masyarakat banyak mengambil sepeda lipat,” tuturnya.
Eko menjelaskan, sepeda lipat banyak digemari para pesepeda pemula, sebab jika sepeda gunung tidak untuk digunakan sebagai sepeda commuter karena gowesan yang lebih berat.
“Kalau sepeda gunung, terus terang dari gowesan bebannya lebih berat, kecuali city bike seperti sepeda mini, atau sepeda turing atau sepeda hybrid. Nah itu baru bisa jadi sepeda commuter. Tapi marketnya tidak banyak,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Eko memaparkan, kini sepeda lipat sudah berada di bawah Rp2 juta hingga Rp5 juta. Harga tersebut disesuaikan dengan bahan serta komponen yang digunakan. (TYO)