3. Hanya dipakai orang dengan strata sosial menengah ke atas
Karena ini termasuk pakaian kehormatan di negara Arab, pemakaian jubah bisht ini menunjukkan strata sosial menengah ke atas di kalangan bangsa Arab. Yang biasanya hanya digunakan oleh politikus, tokoh agama, atau pejabat di Jazirah Arab.
Dai muda Ustadz Aan Candra Talib pun menjelaskan sejarah jubah bisht Arab melalui akun Instagram-nya. Ia menyebut bisht atau baju kebesaran Arab Saudi biasa dipakai oleh keluarga kerajaan pada acara-acara formal atau sebagai cenderamata yang tidak sembarangan. Dapat disimpulkan bahwa jubah bisht ini berfungsi sebagai penanda status sosial seseorang di tengah masyarakat apakah dia seorang agamawan, negarawan, atau bangsawan.
4. Proses pembuatan yang handmade
Dalam proses pembuatannya, ada tiga tipe embroidery yang diaplikasikan, yaitu jahitan benang emas, jahitan benang silver, dan jahitan sutra. Jubah hitam dengan jahitan emas tersebut menjadi bisht yang paling populer, setelahnya baru jubah dengan jahitan krem dan putih. Kalangan pria Arab yang lebih muda lebih suka mengenakan bisht berwarna biru, abu-abu, dan marun. Sedangkan generasi yang lebih tua dan berumur lebih favorit memakai bisht hitam, coklat, dan krem.
5. Harganya mencapai miliaran rupiah
Desain yang terlihat simpel namun elegan ini ternyata di banderol dari harga 100 dinar atau sekira Rp5,08 juta hingga 200 ribu dinar atau sekitar Rp 10,16 miliar. Bisht handmade termahal biasanya dibuat untuk kalangan tertentu, seperti keluarga kerajaan, politikus, dan kalangan ningrat.
(DES/ Rita Hanifah)