IDXChannel - Indah, megah, mewah, klasik hingga modern. Begitulah nuansa yang melekat pada masjid-masjid di wilayah Jawa Timur. Setidaknya ada empat masjid yang kami kunjungi dalam wisata religi pada Jumat-Sabtu (9-10/12/2022).
Masjid pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Namira yang berlokasi di Jalan Raya Mantup KM 5, Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari.
Menurut beberapa sumber, Masjid Namira dibangun sekitar awal 2013 dan dibuka pertama kali pada 1 Juni 2013. Pendirinya adalah seorang pengusaha emas Lamongan yang juga Ketua Yayasan Masjid Namira, Helmy Riza.
Bangunan Masjid Namira berbentuk bujur sangkar dan berarsitektur minimalis modern. Masjid ini tidak berdinding masif selain dinding sisi kiblatnya. Sisi timur, utara, dan selatan masjid ini memakai kaca sebagai pengganti dinding, membuat masjid ini terkesan terbuka. Kubah masjid tidak berada di tengah bangunan inti, tetapi berada di teras sisi timur dan utara serta menara masjid. Kubahnya sendiri bukanlah kubah beton, apalagi kubah emas, melainkan kubah kaca berwarna kuning keemasan. Kubah-kubah ini akan terlihat menyala bila malam hari, karena efek lampu di dalamnya. Menara masjid yang berada di sisi selatan terlihat sederhana dan berlapis marmer abu-abu dengan lafaz Allah di empat sisi atasnya.
Kemudian Masjid Agung Tuban, menjadi masjid kedua yang kami kunjungi pada Sabtu dini hari menjelang subuh. Masjid Agung Tuban adalah salah satu rumah ibadah muslim di Indonesia yang memiliki sejarah panjang. Masjid ini didirikan pada abad ke-15 oleh Bupati Tuban pertama yang memeluk agama Islam, yakni Adipati Raden Ario Tedjo. Lokasi masjid pun sangat strategis karena berada di sekitar alun- alun kota dan tidak jauh dari kompleks makam Sunan Bonang.
Selanjutnya, masjid ketiga yang kami kunjungi adalah Masjid Agung Bangkalan. Masjid yang berada di Madura ini kami kunjungi pada Sabtu siang hari. Berdirinya Masjid Agung Bangkalan tak lepas dari jasa Raden Maulana Abdul Kadir sebagai penguasa Kerajaan Bangkalan. Di dalam Cungkup Pesarean Raden Maulana Abdul Kadir yang tepat berada di belakang Masjid Agung itu, juga bersemayam belasan makam sanak keluarga dan kerabat dekat. Di antaranya adalah makam Pangeran Muhammad Jusuf alias Panembahan Cakra Adiningrat VII (1847-1862), makam Raden Abdul Jumali alias Pangeran Pakuningrat (1862-1879), makam Raden Mohammad Ismail alias Panembahan Cakra Adiningrat V (1862-1882), dan masih lagi sanak keluarga dan kerabat lainnya.
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya menjadi masjid keempat yang kami kunjungi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dikenal sebagai masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Masjid ini berdiri di wilayah Kelurahan Pagesangan, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya dan tepat di samping jalan Tol Surabaya-Gempol. Dilansir dari laman masjid al akbar, Masjid Al-Akbar mulai dibangun pada 4 Agustus 1995 ditandai peletakan batu pertama oleh Wakil Presiden Try Sutrisno. Kemudian pada 10 November 2000 diresmikan oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid. Pemilihan tanggal itu karena bersamaan dengan hari pahlawan dan hari jadi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.