IDXChannel – Meski Covid-19 masih belum berakhir, namun harapan muncul bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yaitu pemerintah menerbitkan program restrukturisasi kredit sebagai stimulus bagi dunia usaha agar dapat bertahan di tengah pandemi.
Ketika stimulus ini dijalankan dan mulai dinikmati UMKM, optimisme pun tumbuh. Bagaimana tidak, stimulus yang diberikan melalui lembaga keuangan itu membuka peluang bagi UMKM untuk mendapatkan subsidi bunga, penundaan angsuran, atau perpanjangan jangka waktu.
Dengan restrukturisasi kredit tersebut, UMKM dapat menghela napas panjang karena stimulus yang didapatkannya membuat arus kas perusahaan lebih terbantu. Napas panjang itu melahirkan energi bagi UMKM agar dapat mencari berbagai inovasi, terobosan, ataupun strategi jitu untuk tetap produktif dan tahan banting di tengah terpaan Covid-19.
Gambaran riil dapat dilihat dari pengalaman Ach Rifaie, pengusaha garam Pamekasan, Madura, Jawa Timur, yang kreatif menciptakan produk bernilai jual lebih tinggi dibanding garam yang tidak diolah secara inovatif. Melalui tangan kreatifnya, garam lokal disulap menjadi garam rebus, produk inovatif yang bernilai sepuluh kali lebih tinggi dibanding garam biasa.
“Garam rebus kami memiliki kadar natrium klorida hingga di atas 91%, meningkat jauh dari garam lokal sebelumnya, yang memiliki kadar hanya sekitar 84%. Walaupun volume kristal putih yang dihasilkan menyusut hingga 20%, harga garam rebus justru meningkat hingga sepuluh kali lipat. Garam lokal hanya laku dijual Rp 400 per kilogram, tapi setelah diolah menjadi garam rebus, harganya melonjak menjadi Rp 4.000 per kilogram. Garam rebus sangat baik untuk proses pengolahan camilan dan kerupuk, khususnya di daerah Kediri, Demak, dan Bali,” tutur Rifaie di Pamekasan, pada pekan lalu.