sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ini Dia Win-Win Solution Skema Investasi Pembangkit EBT Menurut Bahlil  

Infografis editor Nia Deviyana
29/09/2024 14:55 WIB
Modal untuk membangun pembangkit berbasis EBT terbilang mahal, sehingga harus dicarikan skema yang tepat untuk investasinya.
Menteri ESDM Sebut Investasi EBT Lebih Mahal. Grafis: Bayu Airlangga
Menteri ESDM Sebut Investasi EBT Lebih Mahal. Grafis: Bayu Airlangga
Menteri ESDM Sebut Investasi EBT Lebih Mahal. Grafis: Bayu Airlangga Menteri ESDM Sebut Investasi EBT Lebih Mahal. Grafis: Bayu Airlangga

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT PLN (Persero) tengah menyusun Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2025-2035 dengan menargetkan sedikitnya 60 persen merupakan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dari total pembangkit.

"Saya mulai diperintahkan oleh Presiden Jokowi dan Presiden Terpilih Pak Prabowo untuk mendetailkan, kita konversi RUPTL 2025-2035, 10 tahun kan, RUPTL itu minimum saya katakan 60 persen itu harus energi baru terbarukan," ujar Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dilansir dari siaran pers Kementerian ESDM, Kamis (26/9/2024).

Untuk meningkatkan porsi pembangkit berbasis EBT dalam RUPTL, pemerintah tengah mengkaji secara komprehensif skema yang akan digunakan dengan tidak merugikan PT PLN, pengusaha Independent Power Producer (IPP), maupun tidak memberatkan negara jika akan memberikan subsidi. 

Hal itu karena capital Expenditure (capex) dalam pembangunan pembangkit berbasis EBT sangat mahal. Bahlil menyebutkan bahwa untuk 1 MW pembangkit EBT, dana yang dikucurkan mencapai USD6 juta.

Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement