Usaha sang eksportir milenial ini berada di Desa Sei Putih Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau. Perusahaan produksi serangga terbesar di Asia Tenggara ini berdiri di atas lahan 6 hektar.
Namun kisah Budi tak sesukses beberapa tahun lalu. Dimana dulu dia banyak menggeluti usaha, namun jatuh bangun. Pada akhir tahun 2018, diapun tertarik mengeluti pakan dari belatung atau larva lalat di Bogor. Disana, dia merintisusaha di bangunan 2X3 meter."Investor luar tertarik dengan usaha saya," ucap pria kelahiran 1987 itu.
Di tahun 2020, diapun pindah ke Riau dan membuka tempat usaha yang jauh lebih besar. Setelah beberapa dibangun, perusahaan pun berdiri.
"Disini kita lihat bagaimana makanan larvanya. Pabrik sudah berdiri disini selama 10 bulan," imbuhnya.
Dia menjelaskan bahwa memilihara telor jadi larva dan lalat."Untuk bertelor lagi membutuhkan waktu 40 sampai 45 hari. Hari ke 14 kita ambil larvanya kita jadikan produk berubah jadi tepung, minyak, pupuk dan runannya lagi kita buat pakan," ucap pria berusia 34 tahun ini.