Anak itu juga mulai pesimistis pada diri dan hidupnya sendiri. Rasa-rasanya, semua orang berbalik punggung dan meninggalkannya. Hidup seolah berhenti dan ia merasa kesulitan untuk bangkit dari keterpurukannya.
Saat ia mendatangi ayahnya dan menumpahkan semua keluh kesahnya. Sang ayah hanya tersenyum, lalu mengajak sang anak untuk memasak kue. Anak itu menurut saja, meskipun dalam hati bingung apa yang hendak diperbuat sang ayah.
Ayahnya menyuruhnya untuk mempersiapkan bahan-bahan membuat kue bolu cokelat sederhana dan menatanya di atas meja. Telur, terigu, cokelat bubuk, margarin, dan sebagainya.
Ketika mulai memasak kue, sang ayah menyuruhnya untuk mencicipi telur mentah, lalu terigu, cokelat bubuk, dan seterusnya. Setiap satu bahan dimasukkan, anak itu diminta untuk mencicipi rasanya.
Tentu saja rasanya tidak enak bukan main. Kecuali gula pasir yang terasa manis, selebihnya terasa aneh dan sukar ditelan. Namun sang anak tetap menurut, meskipun pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh sang ayah.