Ia pernah berbisnis pada komoditas biji plastik, namun merugi sampai gulung tikar. Barulah kemudian ia mencoba bisnis kuliner dengan membuka restoran ayam dan bebek di Malang, bermodalkan Rp500.000 saja.
Nanang juga tak punya bekal wirausaha di bidang kuliner. Ia mengaku memasuki industri bisnis kuliner karena merasa tak ada pilihan lain. Namun siapa sangka, rupanya Ayam Goreng Nelongso sukses di pasaran.
Nama ‘Nelongso’ sengaja ia pilih untuk mencerminkan jerih payahnya membangun bisnisnya. Nelongso diambil dari kosa kata bahasa Jawa, yang artinya adalah nelangsa. Rumah makannya sederhana saja, namun Nanang mampu mengelolanya hingga buka cabang.
Ia mematok harga jual yang murah agar barang dagangannya terjangkau untuk para mahasiswa. Kini outlet Ayam Goreng Nelongso sudah mencapai 54 unit yang tersebar di kota-kota besar. Jumlah konsumennya diklaim mencapai 1,9 juta orang dalam setahun.
Mengutip situs resmi PT Bersama Mencapai Puncak, salah satu keunggulan Ayam Goreng Nelongso adalah cabang yang buka 24 jam dan menerapkan sistem pembelian secara delivery. Restorannya juga memberdayakan banyak mahasiswa.