“Sebelum Suramadu ada, sudah ramai. Tapi setelah Suramadu dibuka, alhamdulillah makin ramai,” tutur Muslihah.
Siapa sangka, popularitas Bebek Sinjay ini tanpa iklan sama sekali, hanya promosi dari mulut ke mulut. Muslihah mengaku enggan mengiklankan restorannya di media cetak karena malu. Sebab berjualan nasi bebek tidak dianggap sebagai pekerjaan yang ‘mentereng.’
Bebek Sinjay sendiri mulai 2002. Namun dulu ia berjualan tidak hanya bebek goreng saja. Ia baru memfokuskan dagangannya pada menu bebek setelah beberapa tahun karena tidak punya cukup tenaga dan waktu untuk mengolah bahan-bahannya.
“Selain itu yang request bebek goreng juga banyak. Pengunjungnya dulu itu pakai sandal jepit, bukan sepatu seperti sekarang,” lanjutnya.
Dulu, banyak supir truk yang makan siang di warungnya. Saat supir-supir itu makan, ia suka menambahkan nasi yang banyak untuk mengenyangkan mereka. Ia menduga, dari situ para supir itu mulai mempromosikan Bebek Sinjay ke kerabatnya masing-masing.