Dari situlah, Ruth terinspirasi untuk membuat mainan boneka untuk anak perempuan. Ia mendapatkan inspirasi desain boneka dari boneka Lilli, boneka tiga dimensi dari Jerman yang pakaiannya bisa dibongkar pasang juga seperti boneka kertas.
Ruth mengamati anak perempuannya—Barbara—bermain dengan boneka kertas tersebut. Asal tahu saja, Ruth menamai Barbie dan Ken dari nama anak-anaknya sendiri, yakni Barbara dan Ken.
Mattel akhirnya membeli paten dan hak cipta boneka Lilli itu pada 1964. Perjalanan Barbie dimulai di sini. Dalam dokumenter Netflix yang sama, diceritakan bahwa jajaran eksekutif Mattel sempat menolak ide pembuatan boneka Barbie saat Ruth dan rekannya mengusulkannya.
Para eksekutif tidak melihat ‘urgensi’ untuk membuat mainan seperti Barbie. Menariknya, desainer-desainer wanita yang bekerja di Mattel justru sangat menyukai Barbie. Namun akhirnya Ruth berhasil meyakinkan para eksekutif untuk membawa Barbie ke Toy Fair di New York pada 1959.
Namun sayangnya, animo penyambutan Barbie saat itu kurang meriah. Sebab para tamu eksekutif dan investor undangan acara itu kebanyakan laki-laki. Mereka semua tidak mengerti mengapa Mattel membuat boneka yang terlalu sensual, tidak seperti boneka-boneka bayi pada umumnya.