Namun, Taiki Miyazaki pantang menyerah. Ia terus melakukan uji coba hingga akhirnya ia berhasil membuat tempat khusus pembuatan tempe yang saat ini berada tepat di belakang restorannya. Tempat ini dibuat khusus untuk pembuatan tempe yang dengan pengaturan suhu dan kelembapan yang tepat.
Sekitar awal tahun 2020, Miyazaki pun mulai menanam sendiri kedelai tsukui yang menjadi bahan pembuatan tempe. Selanjutnya, tempe-tempe yang berhasil dibuatnya ini akan diolah menjadi berbagai makanan khas yang dijual di restoran keluarganya seperti tempe kari, tempe untuk pasta, tempe goreng, hingga tempe katsu.
Selain ingin turut melestarikan kedelai lokal di daerahnya, motivasinya dalam memulai bisnis pembuatan tempe dan olahan dari tempe ini juga didasari alasan lain. Miyazaki ingin membantu para orang lanjut usia (lansia) di daerahnya. Sebab menurutnya, tempe merupakan protein yang sangat cocok untuk dikonsumsi para lansia. Teksturnya yang lembut juga membuat panganan ini lebih mudah dikunyah. Selain itu, kedelai yang difermentasi ini juga lebih mudah dicerna oleh tubuh. Dengan begitu, lansia-lansia di daerahnya bisa mendapatkan asupan protein yang cukup dengan tekstur yang mudah dicerna.
Untuk mencapai kesuksesan dalam memproduksi tempe dan olahannya ini, Taiki Miyazaki tak sendiri. Ia juga dibantu oleh sang ibu yakni Chieko Miyazaki dalam meracik tempe menjadi olahan makanan khas Jepang yang disukai warga setempat.
Itulah cerita inspiratif Taiki Miyazaki yang berhasil membawa panganan khas Indonesia menjadi hidangan olahan khas Jepang.