"Karena modalnya masih terbatas, saya mengambil kertas bekas potongan yang sudah tidak terpakai lagi dari percetakan. Kan biasanya ada beberapa bagian kertas yang sebenarnya masih cukup besar, tapi sudah tidak terpakai lagi. Nah itu yang kita gunakan untuk bahan baku," lanjutnya.
Namun perjuangan pria kelahiran 1990 dalam mendirikan bisnisnya tidak hanya berhenti sampai di situ. Bisnis yang dimulai pada 2019 itu sempat diterpa kesulitan akibat pandemi Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia pada awal 2020.
Namun tekad yang kuat dan kreatifitas tinggi membuat Firman berhasil mempertahankan usahanya tersebut hingga sekarang. Saat ini sudah lebih dari 100 varian barang yang berhasil dibuat Firman menggunakan bahan baku eceng gondok.
Mulai dari tas, keranjang, sandal, topi, kaos, jaket, buku, dan masih banyak lainnya. Firman juga memiliki 20 pekerja aktif dan satu toko fisik tempat ia menjual barang kerajinannya di Desa Sejambu, Kesongo, Tuntang, Jawa Tengah.
"Untuk saat ini belum ada cabang dimanapun. Toko fisik hanya satu di Tuntang. Tapi kami sudah menjangkau e-commerce untuk menjangkau permintaan di seluruh Indonesia. Bahkan produk kami sempat terjual ke Italia," tuntasnya. (TYO)