IDXChannel - Dengan tangan kreatif, Firman Setyaji, sukses mengubah enceng gondok berhasil disulap menjadi barang bernilai jual tinggi. Padahal, tanaman jenis ini bagi sebagian orang kerap dipandang sebelah mata.
Keputusan alumnus kriminolog Universitas Indonesia (UI) untuk memulai bisnis eceng gondok ini tentu tidaklah mudah. Banyak pertentangan yang terjadi dalam hidup Firman. Sebab eceng gondok hanyalah hama yang kerap membuat mampet dan memenuhi sebagian besar kali.
Namun Firman berhasil membuktikan diri dengan gagasan dan ide kreatifnya dan sukses mendirikan usaha kecil menengah (UMKM) yang diberi nama Bengok Craft pada 2019. Bengok adalah nama lain dari eceng gondok versi masyarakat lokal setempat.
"Saya waktu mulai usaha modalnya di bawah Rp5 juta. Saya beli alat press (alat untuk memipihkan eceng gondok) dan alat potong kertas seperti di tempat fotocopy," kata Firman saat diwawancarai MNC Portal beberapa waktu lalu.
Firman bercerita bahwa usaha eceng gondoknya itu tak lantas mendadak besar seperti saat ini. Ia mulai memanfaatkan eceng gondok untuk membuat barang paling sederhana seperti buku-buku atau notes. Itu pun masih menggunakan modal seadanya.
"Karena modalnya masih terbatas, saya mengambil kertas bekas potongan yang sudah tidak terpakai lagi dari percetakan. Kan biasanya ada beberapa bagian kertas yang sebenarnya masih cukup besar, tapi sudah tidak terpakai lagi. Nah itu yang kita gunakan untuk bahan baku," lanjutnya.
Namun perjuangan pria kelahiran 1990 dalam mendirikan bisnisnya tidak hanya berhenti sampai di situ. Bisnis yang dimulai pada 2019 itu sempat diterpa kesulitan akibat pandemi Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia pada awal 2020.
Namun tekad yang kuat dan kreatifitas tinggi membuat Firman berhasil mempertahankan usahanya tersebut hingga sekarang. Saat ini sudah lebih dari 100 varian barang yang berhasil dibuat Firman menggunakan bahan baku eceng gondok.
Mulai dari tas, keranjang, sandal, topi, kaos, jaket, buku, dan masih banyak lainnya. Firman juga memiliki 20 pekerja aktif dan satu toko fisik tempat ia menjual barang kerajinannya di Desa Sejambu, Kesongo, Tuntang, Jawa Tengah.
"Untuk saat ini belum ada cabang dimanapun. Toko fisik hanya satu di Tuntang. Tapi kami sudah menjangkau e-commerce untuk menjangkau permintaan di seluruh Indonesia. Bahkan produk kami sempat terjual ke Italia," tuntasnya. (TYO)