IDXChannel — Uber merupakan salah satu pionir transportasi online dunia, pernah ada di Indonesia sebelum akhirnya memutuskan untuk hengkang dari pasar Asia Tenggara. Uber pertama kali didirikan pada 2009 oleh seorang programmer, Garret Camp.
Camp juga merupakan co-founder StumbleUpon. Ia mendirikan dan mengembangkan Uber tidak sendirian, Camp melakukannya bersama Travis Kalanick yang sebelumnya telah menjual startup miliknya bernama Red Swoosh senilai USD19 juta pada 2007.
Konsep Uber ini lahir saat malam musim dingin selama konferensi ketika mereka tidak dapat menemukan taksil lalu sebuah ide muncul tentang bagaimana jika seseorang mampu mendapatkan tumpangan dari ponsel.
Ide ini awalnya hanya untuk layanan limosin timeshare yang dapat dipesan melalui aplikasi. Namun setelah konferensi seluruh pengusaha berpisah dan ketika Camp kembali ke San Francisco, ia terus teringat dengan ide tersebut dan membeli nama domain UberCab.com
Dilansir dari teknovidia.com (06/01), pada Februari 2010 untuk pertama kalinya Uber mendapat karyawan, yaitu Ryan Graves. Pada awalnya Graves menjabat sebagai manajer umum, namun setelah peluncuran ia naik jabatan menjadi CEO.
Namun jabatan itu tidak berlangsung lama, pada Desember 2010, Kalanick mengambil alih posisi Graves. Kemudian Graves menjabat sebagai COO. Terhitung terakhir 2019, Graves punya 31,9 juta saham di Uber.
Uber pertama kali dioperasikan pada 2011 di San Fransisco. Namun saat itu Uber hanya bisa mengizinkan penggunanya untuk menggunakan layanan transportasi mobil mewah berwarna hitam dengan biaya 1,5 kali lipat taksi umum.
Lalu ditahun berikutnya mereka memperkenalkan UberX sebagai layanan yang lebih terjangkau. Seris ini membolehkan para pengemudinya menggunakan mobil non-mewah termasuk mobil pribadi mereka sendiri.
Pada 2017 Kalanick mengundurkan diri setelah pemberontakan pemegang saham. Setelah lebih dari dua bulan, diumumkan kalau Dara Khosrowshahi –CEO Expedia (EXPE) saat itu– akan mengambil alih.
Uber mengalami kerugian pada 2019, sampai mereka harus mengurangi jumlah karyawannya. Mereka memecat 435 karyawan, yang termasuk 265 orang dari tim engineering dan 170 orang dari tim produk.
Tak hanya itu, Uber juga merasakan dampak dari pandemi Covid-19 yang saat itu menyerang dunia. Uber sampai memberhentikan 3.000 karyawannya dan menutup 45 kantor pada 2020 lalu.
Uber tidak hanya mengajarkan terkait layanan transportasi online yang simpel, murah, dan cepat, tapi juga ramah lingkungan. Hal ini mereka lakukan juga sebagai tanggung jawab perusahaan atas emisi yang dihasilkan oleh armada transportasi mereka. (NKK)
Penulis: Mila Pertiwi