Orangtuanya melihat potensi besar yang dimiliki Stephen dan menyarankannya untuk berkuliah di Universitas Oxford. Walaupun ia sangat menyukai matematika, ia mengambil jurusan Fisika dan Kimia di Oxford karena saat itu belum ada jurusan Matematika di sana. Stephen berhasil masuk ke Universitas Oxford pada tahun 1959, pada usia yang masih sangat muda, yaitu 17 tahun.
Setelah lulus dari Oxford, Stephen melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan kosmologi di Universitas Cambridge. Namun, pada usia 21 tahun, hidupnya dihantui oleh diagnosa mengerikan: Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), sebuah penyakit yang melemahkan otot dan merusak fungsi otak. Dokter bahkan menyatakan bahwa sisa hidupnya mungkin tidak akan lama lagi.
Meskipun menghadapi keterbatasan fisik yang semakin memburuk, Hawking tidak menyerah. Dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, ia berhasil mengatasi depresi dan merasa bahwa hidupnya masih memiliki arti. Di atas kursi roda, ia terus mengabdikan dirinya pada ilmu pengetahuan dan menghasilkan banyak karya penting, salah satunya adalah Teori Big Bang.
Kisah hidup Stephen Hawking adalah bukti nyata bahwa tekad, semangat, dan kecintaan pada ilmu pengetahuan bisa mengalahkan segala rintangan. Meskipun tubuhnya terbatas, pikiran dan kontribusinya dalam dunia ilmu pengetahuan tetap luar biasa.
"Ingatlah untuk melihat bintang-bintang dan tidak ke bawah ke kakimu. Cobalah untuk mengerti apa yang kamu lihat, dan pertanyakan apa yang tidak kamu pahami. Jangan pernah kehilangan rasa ingin tahu," kata Stephen Hawking.