Selama berkuliah, dia tertarik untuk mendirikan sebuah startup. Ide ini bermula saat Ferry merasa kesulitan memesan tiket pesawat. Dari ketidaknyamanan ini ia melihat peluang bisnis.
Akhirnya Ferry memilih untuk meninggalkan studi S2-nya yang baru berjalan satu semester, demi mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat yang bisa diakses banyak orang.
Bersama kedua sahabatnya, Darianto dan Albert Zhan, akhirnya ia mendirikan Traveloka, yang saat itu hanya menawarkan layanan pencari dan pembanding harga tiket pesawat. Walaupun begini, situs ini sangat membantu dalam berpergian.
Tidak lama kemudian, Ferry melihat peluang bisnis lain, yang mana ternyata masyarakat juga mau melakukan pemesanan tiket secara online sehingga bersifat fleksibel. Sampai setahun kemudian dia menetapkan untuk mengubah Traveloka menjadi situs pemesanan tiket pesawat.
Walaupun di awal berdirinya traveloka hanya punya delapan karyawan dan banyak maskapai yang menolak kerja sama dengan traveloka. Dia terus mencoba dan tidak menyerah, dan terus meyakinkan mereka.