Paidi benar-benar memanfaatkan waktunya, disela-sela waktu Paidi jadi pemulung dirinya menyempatkan ke warnet untuk belajar. Ia belajar menanam porang dari artikel-artikel luar negeri. Dari internet dan teman Paidi di panti asuhan, dirinya belajar cara pengolahan porang.
Sejak 2016, Paidi bisa membuat ekstrak glaukoma dari porang jadi tepung dan beras. Karena ada bagian yang mengandung racun yang bisa memicu gatal, maka oksalatnya harus dihilangkan.
Dari penjualan produk miliknya, Paidi bisa meraih omzet mencapai ratusan juta rupiah setiap minggunya.
Untuk satu kilogram tepung Paidi mematok harga bisa mencapai lebih dari Rp1 juta. Namun, untuk porang basah, harganya bisa lebih murah karena tidak melalui proses panjang.
Porang jadi bahan herbal di Jepang, China, dan Eropa. Bahkan, Paidi punya pelanggan tetap di luar negeri. Ada yang beli dalam bentuk porang basah, tepung dan beras. (NKK)
Penulis: Mila Pertiwi