Pada awalnya, Lazada hadir dengan konsep bisnis B2C atau Business to Consumer di mana Lazada menyediakan barang yang dijual kepada konsumennya. Namun, seiring berjalannya waktu, bisnis Lazada pun semakin berkembang menjadi C2C atau Customer to Consumer. Dengan konsep ini Lazada mengizinkan pihak ketiga untuk turut menjual dan menyediakan barang dagangannya di platform ini.
Lazada pun berhasil mengalami perkembangan pesat. Perusahaan e-commerce ini pun lantas meluncurkan aplikasi berbasis iOS dan Androidnya. Sayangnya, pada 2014, startup ini melaporkan kerugian hingga USD152,5 juta. Dua tahun berikutnya, Lazada berhasil melaporkan pendapatan mencapai USD1,36 miliar untuk wilayah Asia Tenggara. Meski demikian, Lazada terbilang belum memperoleh keuntungan bahkan catatan kerugiannya masih terbilang besar.
Persaingan dengan raksasa e-commerce Asia yakni Alibaba milik Jack Ma menjadi salah satu penyebabnya. Hingga pada April 2016, Alibaba Group berhasil mengakuisisi sebagian besar saham Lazada dengan nilai lebih dari USD1 miliar. Tujuan Alibaba mengakuisisi Lazada adalah untuk memperkuat dominasinya di kawasan Asia.