Ia mendapatkan ide untuk membuat gudeg pedas karena saat itu cita rasa gudeg yang dibuat pedagang dan ibu rumah tangga adalah manis. Sehingga muncul lah inspirasi sederhana untuk membuat gudeg dengan rasa yang berbeda.
“Awal itu sejak 1984, saya jualan hanya Rp150 saja untuk nasi telur. Telurnya hanya ada lima. Sampai jualan terus meningkat sampai saat ini. Saya bikin gudeg yang sayurnya pedas, sampai sekarang dikenal juga sebagai gudeg mercon,” tutur Sumijo.
Gudeg Bromo Bu Tekluk yang hanya buka pada malam hari juga mulanya bukanlah kesengajaan. Sumijo berjualan pada malam hari saat itu ia tak punya bangunan warung makan sendiri.
Selain karena siang hari sudah banyak pedagang gudeg yang berjualan, ia juga tak punya warung sehingga harus membuka lapak di emperan toko untuk berdagang. Mulanya dari jam 05.00 sore sampai malam, namun kemudian pemilik toko mengontrakkan bangunannya.
Sehingga Sumijo tak bisa lagi berjualan pada sore hari, dari situlah akhirnya ia mulai berjualan hanya pada malam hari, yakni dari pukul 11.00 malam sampai subuh. Sumijo menjalani bisnis ini selama 34 tahun.