Keduanya memutuskan untuk beralih usaha menjadi dagang sayur mayur. Selama berbulan-bulan mereka mengamati seluk beluk perdagangan sayur mayur dengan survey ke lapangan. Hal ini mereka anggap sebagai keluar dari zona nyaman, karena semuanya dimulai lagi dari nol.
Yona mengaku, tiga bulan pertama ia ingin menyerah. Yogi pun ragu apakah ia mampu melunasi kewajiban pembayarannya. Namun keduanya terus berusaha. Yona ingin membuat warung sederhana yang bersih dan nyaman.
Mereka menyewa ruko dari seorang kenalan dan mendirikan warung sayur mayur yang modern. Dengan lantai keramik dan rak-rak display yang mirip seperti minimarket.
“Ibu-ibu kan kalau belanja suka wira-wiri. Saya ingin membuat one stop shopping, jadi di satu tempat tuh ada. Enam bulan pertama sudah running, warung mulai ramai. Omzet bulan keenam sudah Rp7 juta sehari,” tuturnya.
Mereka bahkan menggunakan sistem komputerisasi untuk menata manajemen penjualan. Mulanya, mereka masih menggunakan sistem pencatatan manual. Namun rupanya, penggunaan sistem komputer justru mempermudah usahanya.