Ekspor pertamanya berjumlah 200 ton, yang satu kontainernya seberat 20 ton dan seharga Rp250 juta. Yulio mengatakan ekspornya ini tidak menggunakan modal sepeserpun, namun dapat menghasilkan Rp2,5 miliar untuk sekali ekspor.
Konsumennya ini ia dapatkan dari relasi salah satu kenalan importir dari Jakarta. Ia mengambil pasokan PAO dari Medan dan Kalimantan, yang membedakannya adalah kualitas dan harga.
Menurutnya harga di Kalimantan lebih murah daripada yang ada di Medan, karena supplier di Medan lebih banyak. PAO ini mulai dipandang oleh banyak orang dari sekitar tahun 2009 setelah sebelumnya dianggap hanya sebagai limbah biasa.
PAO dihasilkan dari produksi CPO (crude palm oil) atau minyak kelapa sawit namun hanya 0,5% dan memiliki fungsi yang hampir sama dengan CPO namun dalam bentuk low quality. Harga PAO bisa berubah mengikuti dengan harga CPO, namun tidak terlalu signifikan.
Itulah kisah sukses eksportir muda yang mencatatkan keuntungan miliaran rupiah dari hasil ekspornya. (NKK)
Penulis: Noviyanti Rahmadani