Saat membuka usaha tambal ban itu, Teng Hui juga berjualan rokok. Dia pindah ke Surabaya ketika naik kelas 2 SMP, dengan niatan untuk bersekolah dengan baik untuk memperbaiki kesejahteraan keluarganya.
Sepulang sekolah, Teng Hui tidak bermain tapi keliling kota untuk kulakan, mencari barang elektronik untuk dikirim ke saudaranya di Samarinda untuk dijual kembali. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Dari kegiatan kulakan itu, Teng Hui makin mengasah naluri bisnisnya. Kemudian setelah lulus SMA di usia 22 tahun, dia pulang ke Samarinda untuk membantu kakaknya mengelola bisnis. Dia menjadi distributor 1-2 barang elektronik merek multinasional.
Saat itu, Tengh Hui telah menjual puluhan merek elektronik di Samarinda. Merek-merek yang semula tidak dikenal di Samarinda dan sekitarnya, menjadi dikenal konsumen setempat berkat keberadaannya sebagai distributor.
Namun karena persaingan bisnis semakin ketat, terlebih ketika pemilik merek mulai bekerja sama dengan distributor lain, Teng Hui bertekad untuk mulai mendirikan pabrik elektronik sendiri.