“Waktu usia 24-25 tahun, sudah punya utang Rp700 juta. Modal usaha waktu itu pinjam saudara, untuk membangun bangunan pabrik. Alhamdulillah, berkembang,” tuturnya di kanal Naik Kelas (12/7).
Perjalanan bisnis Yosep tidak mudah, sebab daerah pabriknya di Ciamis waktu itu memang sudah ramai dengan pengusaha-pengusaha kerupuk lainnya. Apalagi, pabrik yang dibangunnya itu adalah pabrik kedua di keluarga besarnya.
“Kalau mau ke pabrik saya, otomatis ngelewatin pabrik-pabrik yang lain dulu, kan? Jadi bisa saja konsumen tidak beli ke saya,” lanjutnya.
Selain persaingan ketat, Yosep juga pernah merasakan rugi, baik karena penjemuran yang gagal karena hujan, ataupun karena pelanggan yang lari dan tidak membayar kerupuk yang telah diambil.
Yosep ikut bekerja turun langsung untuk mengembangkan usahanya. Dia mencari pelanggan ke berbagai kota, sekaligus mengelola pemesanan kerupuk. Saat ini, pabriknya mengirimkan kerupuk mentah ke Bandung, Bekasi, dan Jawa Tengah.