IDXChannel – Boenjamin Setiawan merupakan dokter terkaya di Tanah Air dan salah satu orang terkaya di Indonesia 2023.
Pria yang akrab disapa dr. Boen ini merupakan kelahiran Tegal 1933 dan meninggal pada 4 April 2023 lalu di usia 90 tahun. Semasa hidupnya, Boenjamin Setiawan berhasil mendirikan perusahaan farmasi Kalbe Farma yang mengantarkannya ke posisi ke-8 orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2022.
Seperti apa profil dan perjalanan karier Boenjamin Setiawan semasa hidupnya? IDXChannel mengulas sosok Boenjamin Setiawan seperti berikut.
Sosok Boenjamin Setiawan
Boenjamin Setiawan atau yang lebih akrab disapa dr. Boen merupakan dokter sekaligus pengusaha kelahiran 27 September 1933 di Tegal, Jawa Tengah. Ia lahir dengan nama Khouw Liep Boen. Ia memiliki lima saudara yakni Fransiscus Bing Aryanto, Khouw Lip Swan, Maria Karmila, Khouw Lip Tjoen, dan Theresia Harsini Setiady.
Boenjamin Setiawan menghabiskan masa kecilnya di Jawa Tengah. Usai lulus Sekolah Dasar, Boenjamin Setiawan pindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan SMP hingga SMA. Ia kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada 1958.
Selanjutnya, Boenjamin Setiawan berhasil meraih gelar Ph.D di University of California. Ia berhasil meraih gelar doktor di bidang farmakologi dengan disertasinya yang berjudul “The Inhibition of Alcohol Dehydrogenate by Chlor Promazine, an Other Phcnothiazinc Derivatif”.
Sebelum memutuskan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Boenjamin Setiawan juga sempat menjadi asisten dosen di almamaternya pada 1958. Pada 1980, Boenjamin Setiawan diketahui sempat memangku jabatan mentereng sebagai lektor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mendirikan Kalbe Farma
Sukses menjadi dokter dan berkarier sebagai dosen tak lantas membuat dr. Boen berpuas diri. Ia memutuskan mendirikan sebuah perusahaan di bidang farmasi. Pada 1963, Boenjamin Setiawan mengawali bisnis ini dengan mendirikan PT Farmindo bersama beberapa rekannya. Namun sayang, perusahaan tersebut hanya bertahan selama tiga tahun karena kurangnya pengalaman dalam hal pemasaran. Hal tersebut membuat PT Farmindo gagal mendistribusikan obat-obatan yang telah diproduksinya.