Proses pembuatan arem-arem mie memakan waktu hingga 4-5 jam. "Resep ibu ini kami kembangkan. Ibu dulu hanya berjualan ke tetangga dan ibu-ibu pengajian. Padahal, cita-cita ibu dulu ingin punya usaha kuliner besar, tapi belum bisa ibu wujudkan. Maka sekarang bisa kami wujudkan," ungkap dia.
Tini bercerita, pada awalnya yang mengerjakan hanya dia seorang. Dia pun dibantu sang suami untuk memasarkannya. Seiring perjalanan waktu, pesanannya makin banyak. Hingga akhirnya mereka memutuskan membuka gerai di rumah dibantu beberapa adiknya.
"Sudah terlalu banyak pesanan, akhirnya kami memutuskan untuk membuka gerai dan kami juga fokus ke pengembangan usaha. Ini karena saya lihat usaha ini bisa bermanfaat membuka lapangan pekerjaan dan banyak kebermanfaatan lainnya apabila diseriusi dengan baik," jelasnya.
Hanya dalam waktu setahun, Aremie Hj. Rully miliknya kini telah memiliki 5 gerai dan mempekerjakan 15 orang karyawan serta mampu memproduksi hingga 9.000 butir arem arem mie setiap bulannya. Selain di Depok, juga terdapat di Stasiun MRT Lebak Bulus, Kemang, Kemanggisan, dan Kelapa Gading.
Arem-arem mie ini cukup langka ditemukan. Hingga saat ini, belum terlalu banyak kompetitor yang serius di usaha jenis ini, bahkan sebagian orang masih belum familiar dengan arem-arem mie. Oleh karena itu, Tini berharap kuliner arem-arem mie dari Aremie Hj. Rully bisa lebih eksis.
"Belum ada yang dagang ini secara serius, tapi kami melihatnya peluang dan berprospek bagus," katanya. (TYO)