sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Online ke Offline, Bagaimana Dekoruma Catat Lonjakan Sales Saat Pandemi

Inspirator editor Kurnia Nadya
29/11/2023 18:33 WIB
Alih-alih gulung tikar, Dekoruma justru mencatatkan penjualan empat kali lipat lebih tinggi ketika pandemi. Bahkan membuka toko offline begitu pandemi usai.
Online ke Offline, Bagaimana Dekoruma Catat Lonjakan Sales Saat Pandemi. (Foto: IDXChannel)
Online ke Offline, Bagaimana Dekoruma Catat Lonjakan Sales Saat Pandemi. (Foto: IDXChannel)

IDXChannelDekoruma adalah salah satu bisnis yang mencatatkan anomali selama pandemi COVID-19 berlangsung. Alih-alih gulung tikar, bisnis perabot Dekoruma melonjak drastis hingga mencetak penjualan 3-4 kali lipat lebih tinggi dari biasanya. 

Ketika pemerintah mengumumkan pembatasan sosial yang akhirnya mengurangi ruang gerak masyarakat untuk beraktivitas normal, banyak pebisnis bersusah payah mempertahankan usahanya. 

Sebab banyak bisnis yang penjualannya bergantung pada kunjungan konsumen di toko, atau pada kegiatan produksi sehari-hari yang notabene mesti dilakoni beberapa karyawan dalam satu ruangan. 

Mereka yang berhasil bertahan saat pandemi kemarin, adalah yang sigap menggeser bisnisnya ke ruang maya. Merambah lapak-lapak digital lewat marketplace dan belajar memasarkan produk dan jasa secara online

Dekoruma adalah salah satu bisnis rintisan yang sangat beruntung. Sebab sebelum pandemi berlangsung, Dekoruma memang memulai bisnisnya dengan penjualan daring. Malah, Dekoruma justru ekspansi membangun toko offline ketika pandemi usai. 

Dalam wawancara bersama IDXChannel di sesi FinCast, Founder Dekoruma Dimas Harry Priawan mengaku ia dan manajemen Dekoruma memang sempat kebingungan dan panik ketika pandemi melanda. 

“Tapi kita termasuk beruntung. Karena waktu itu kita jualan perabot, banyak orang yang beli kursi kantor karena mulai work from home. Banyak juga yang mulai mendekorasi begitu penghuninya harus banyak diam di rumah,” kata Dimas. 

Sehingga, saat itu Dekoruma mencatatkan demand yang lebih besar dibanding masa-masa sebelum pandemi. Apalagi, saat itu juga banyak toko-toko furnitur yang terpaksa tutup. Sementara bisnis Dekoruma sejak awal sudah berbasis online.

Perjalan Bisnis Dekoruma, dari Online ke Offline 

Delapan tahun berdiri, empat tahun pertama Dekoruma beroperasi secara online. Barulah sembilan bulan setelah pandemi, Dimas memutuskan untuk ekspansi dengan membangun experience store, atau toko furnitur konvensional. 

Bahkan, kini Dekoruma juga menambah lini bisnis baru, yakni ritel furnitur dan interior desain. Lini kedua baru dibuka ketika Dekoruma sudah membangun basis konsumen yang kuat, yang dibangun oleh Dimas sejak pertama kali beroperasi. 

“Kita baru launching interior desain itu di tahun ketiga. Kita tidak tiba-tiba ngajak orang buat pakai jasa Dekoruma, enggak gitu. Di awal fokus kami hanya jual perabot. Bahkan dulu furnitur besarnya tidak banyak, dua tahun pertama hanya jual aksesoris rumah,” kata dia. 

Selama dua tahun pertama pendirian Dekoruma, Dimas dan timnya berinvestasi besar-besaran melakukan branding di media sosial, sekaligus membangun kepercayaan dari pembelinya. 

“Di awal kami fokus memperkuat base customer dengan menjual barang-barang yang murah dulu. Sehingga transaksinya juga puluhan ribu dalam waktu singkat, sampai di titik kami sadar media sosial sudah besar. Baru kita jualan sofa,” lanjutnya. 

Pada titik itu, Dekoruma sudah mendapatkan kepercayaan konsumen. Setelah mulai menjual furnitur besar, Dekoruma mulai berani menawarkan jasa desain interior dengan menggandeng arsitek-arsitek terpercaya. 

Ekspansi pembukaan toko ritel juga bukannya tanpa tantangan. Tim Dekoruma yang tadinya terbiasa menangani bisnis dengan teknologi, kini mesti berhadapan langsung dengan beragam karakter konsumen. 

Terkait pemilihan lokasi, mudah saja. Dimas memilih lokasi yang strategis, dekat dengan tempat hunian baru di suatu area. Hal ini ia terapkan juga di pembukaan experience store Dekoruma di kota-kota lain. 

“Hal yang sulit itu building perusahaan yang bisa online dan offline sekaligus, yang experience customernya bisa terintegrasi, tidak sendiri-sendiri,” lanjutnya. 

Namun pada akhirnya, Dimas dan tim Dekoruma berhasil menjembatani bisnis online dan offline dengan mulus. Konsumen dapat melihat barang dan terinspirasi dari unggahan Dekoruma, lalu datang ke toko untuk bertanya lebih detail hingga bertransaksi. 

Perkara desain furnitur dan interior yang menjamur dan mudah ditiru, Dimas mengaku tak khawatir, sebab Dekoruma mengedepankan kepercayaan konsumen. Semua konsumen bisa bertanya detail terkait furnitur yang dibelinya. Bahkan sampai ke merek engsel. 

“Apa yang kami sebut itu detail, tidak ada jebakan Batman. Tidak cuma nunjukin gambar dan harga. Kami breakdown bahkan engsel pakai merek apa, harganya juga per item. Kami transparan, dan desainer kami profesional semua,” kata Dimas. 

Alhasil, kini Dekoruma berhasil mempertahankan basis konsumennya. Untuk penjualan offline, cabang Dekoruma di luar Jabodetabek juaranya. Sementara penjualan online, masih dikuasai basis konsumen Jabodetabek. 

Saat ini pun, Instagram Dekoruma menduduki urutan pertama untuk kategori home and living di Indonesia. (NKK)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement