"Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," ungkapnya.
Sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang, Iksan mengaku bahwa pada awalnya, dia keluar dari kampung karena kerap baku hantam. Tak tahan dengan situasi itu, dia memutuskan untuk keluar kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman.
"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki gatau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," tuturnya.
Akibat "ulahnya" tersebut, Iksan kerapkali berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi polisi. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kampungnya.
"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tambah Iksan.