Amanda mengetahui persoalan rantai distribusi pangan yang panjang dari seorang petani bernama Misto di sekitar tanah milik keluarganya yang terletak 50 Km dari Jakarta. Dari situ, ia berniat untuk membuat rantai distribusi langsung yang menghubungkan petani dengan konsumen.
Rencananya itu dimulai dengan lahan milik Misto, yang kala itu ditanami singkong, diganti dengan kangkung. Hasilnya, penjualan kangkung rupanya lebih menguntungkan ketimbang singkong. Saat itu, ia menawarkan sayuran hanya lewat Whatsapp dan Instagram dengan sistem pre-order.
Setelahnya, barulah Amanda membangun platform Sayurbox dalam bentuk situs dan aplikasi. Tak lama kemudian, co-founder lain bergabung untuk mengembangkan Sayurbox bersama Amanda.
Sayurbox menjadi startup, dan pernah menerima funding senilai Rp2,8 miliar hingga Rp4,1 miliar. Model bisnis yang dibuat Amanda membuat namanya tercatatkan dalam Forbes 30 Under 30 kategori Industry, Manufacturing, and Energy pada 2019.
Sayurbox kini melayani ribuan pelanggan, pesanan hariannya diperkirakan bisa mencapai ribuan pula dalam sehari.