Eduardus cukup percaya diri ketika diminta wartawan untuk menceritakan kisah suksesnya dalam membangun bisnis kelornya. Ia menjelaskan dari saluran YouTube tersebut ia belajar bagaimana membuat serbuk kelor dalam skala kecil. Setelah itu ia menjualnya dan ternyata laris manis.
“Mungkin juga ada yang beli karena kasihan. Saya terus berjalan tapi dengan satu keyakinan suatu saat akan jadi besar. Ini bukan pengakuan Indonesia atau daerah tapi pengakuan dunia dan telah melewati ribuan kali studi banding terkait kelor untuk penanganan stunting. Dengan pemahaman itu membuat saya tetap konsisten,” jelasnya.
Eduardus dengan keyakinannya, menawarkan produk serbuk kelornya ke Kelurahan Malumbi di Sumba Timur. Eduardus melakukan presentasi dan mendapat sambutan yang ia tidak pernah duga.
Gayung bersambut sehingga ia mendapatkan omzet yang terus berkembang. Pihak Kelurahan Malumbi membeli produknya senilai Rp. 5.000.000. Sebuah nilai uang yang besar bagi Eduardus yang baru banting stir dari tukang ojek dan papalele ikan.
“Istri saya bilang ini peluang. Akhirnya dari satu kelurahan itu saya coba tawarkan ke kelurahan lain. Yang uniknya tidak diundang tapi saya akan hadir. Acara apapun itu saya akan hadir meski tidak diundang untuk menawarkan olahan kelor yang saya punya.”