Selain itu, ekspansi juga menjadi prioritas utama PGEO hingga dua tahun mendatang. Di 2023 ini, PGEO memiliki ambisi untuk menjadi 1 GW company yang akan tercapai pada 2025 mendatang. Dengan strategi quick wins dan penerapan teknologi co-generation di beberapa area, saat ini
PGEO dikatakan Julfi sedang berproses untuk mencapai target tersebut, tentu dengan bantuan optimalisasi value creation.
Lebih lanjut, PGEO juga berkolaborasi dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga untuk mendorong komersialisasi karbon dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE) pada bursa
karbon Indonesia. Terkait komersialisasi karbon, Julfi menjelaskan, pada tahun ini PGE sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar USD 732 ribu.
"Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia," ungkap Julfi.
Di kancah global, pada tahun ini PGE semakin agresif melakukan ekspansi dengan bermitra bersama Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi 140 MW pada konsesi Longonot, Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC)
untuk mengembangkan potensi panas bumi 3 x 100 MW pada konsesi Suswa, Kenya.
Buktikan keseriusan dalam pengembangan potensi panas bumi, beberapa waktu lalu PGEO juga membentuk Joint Venture Company (JVC) dengan Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd (Chevron), untuk mengembangkan WKP Way Ratai, Lampung.
"Perusahaan yang diberi nama PT Cahaya Anagata Energy ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan," papar Julfi.