sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ada Ekspektasi Penurunan Suku Bunga, Segini Target Harga Saham BBNI di 2024

Market news editor Fiki Ariyanti
01/02/2024 15:31 WIB
Intip analisis kinerja keuangan Bank BNI dan saham BBNI di 2024 saat ada ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Ada Ekspektasi Penurunan Suku Bunga, Segini Target Harga Saham BBNI di 2024 (Foto MNC Media)
Ada Ekspektasi Penurunan Suku Bunga, Segini Target Harga Saham BBNI di 2024 (Foto MNC Media)

IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) mencatakan laba bersih atau net income sebesar Rp20,9 triliun di 2023 atau tumbuh 14,2% (YoY).

Menurut Analis Saham Panin Sekuritas, Nico Laurens, performa positif perseroan secara tahunan didorong oleh performa positif fee based income, membaiknya cost to income ratio, serta perbaikan kualitas aset. Hal ini translasi terhadap peningkatan ROAE, serta risk adjusted NIM. 

Perseroan memperkirakan kredit akan tumbuh di level CAGR +11% (2023-2028) yang akan didorong oleh segmen consumer dan korporasi. 

"Kami masih merekomendasikan BUY dengan TP: Rp6.200 (implied PB 1,1x di 2024)," kata Nico dalam risetnya, Kamis (1/2/2024).

Menurutnya hal ini didorong oleh tren positif perbaikan kualitas aset, ruang perbaikan pertumbuhan kredit, fokus perseroan terhadap pertumbuhan yang sustainability, serta valuasi yang paling murah di antara empat bank besar.

Mengulik Kinerja BBNI di 2023-2024


Perseroan mencatakan laba bersih sebesar Rp5,2 triliun di kuartal IV-2023 (-5,4% QoQ; +11,6% YoY) setara dengan laba bersih sebesar Rp20,9 triliun di 2023 (+14,2% YoY) in-line (PANS: 96,4%; Cons: 98,9%). 

"Penurunan secara kuartalan lebih disebabkan oleh meningkatnya beban operasi (opex) secara signifikan ke Rp8,2 triliun (+21,9% QoQ) yang disebabkan oleh meningkatnya remunerasi serta meningkatnya biaya sponsor dan promosi, karena seasonality," jelas Nico.

Dia mengatakan, patut dicermati ada recovery yang signifikan di kuartal IV-2023 sebesar Rp2,1 triliun, namun masih in-line dengan guidance, seiring dengan write-off agresif yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

"Perseroan juga memperkirakan tren recovery masih akan tinggi untuk beberapa tahun ke depan. Performa positif ini translasi terhadap peningkatan ROAE perseroan ke level 15,2% di 2023 (2019: 14%) dengan risk adjusted NIM ke 3,6% (2022: 3,5%; 2021: 2,4%). Perseroan menargetkan NIM ≥4,5% (saat ini: 4,6%)," paparnya.

Sementara itu, kredit tercatat sebesar Rp695 triliun di 2023 (+3,5% QoQ; +7,6% YoY) didorong oleh segmen risiko rendah seperti corporate private. Perlu dicermati, segmen risiko tinggi seperti corporate SOE di periode 2020-2023 sudah turun -2,3%. 

Untuk periode 5 tahun ke depan (2023-2028), perseroan melihat bahwa pertumbuhan kredit akan tumbuh di level CAGR +11%, yang akan didorong oleh segmen consumer (+13%) dan korporasi (+11%). 

Hal ini juga akan didorong oleh sektor seperti manufaktur, utilities dan energi dengan fokus ke perusahaan top tier (diamond client) sebelum nanti ke grade yang lebih rendah (gold client). 

"Sektor yang diperkirakan masih akan berisiko adalah tekstil dan commercial, sementara untuk komoditas akan selektif, melihat cash flow serta cash cost dari perusahaan. Yield kredit perseroan relatif stabil di 2023, di range 7,7-7,9%, karena repricing telah dilakukan di periode kuartal II-2022," papar Nico.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement