Secara rinci, penjualan batu bara ekspor tercatat sebesar USD1,54 miliar atau Rp22,63 triliun dan penjualan batu bara domestik tercatat sebesar USD251,41 juta atau Rp3,69 triliun.
Kemudian, pendapatan dari segmen jasa pertambangan domestik tercatat sebesar USD32,51 juta atau Rp477,75 miliar, pendapatan jasa sewa sebesar USD53 ribu atau Rp778,67 juta, serta pendapatan lainnya sebesar USD13,91 juta atau Rp204,49 miliar.
“Perseroan berfokus pada efisiensi dan keunggulan operasional, agar tetap bertahan sebagai mitra yang andal bagi para pelanggan serta pemangku kepentingan lainnya,” kata pria yang akrab disapa Boy Thohir itu.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan ADRO tercatat sebesar USD1,07 miliar atau Rp15,80 triliun, naik dari sebelumnya sebesar USD622,78 juta, utamanya karena kenaikan pada beban royalti PT Adaro Indonesia (AI), volume, maupun harga jual rata-rata dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Setelah penerapan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak yang baru sejak 1 Januari 2023 lalu, tarif royalti AI naik ke kisaran 14%-28%, dari tarif sebelumnya sebesar 13,5%. Total biaya bahan bakar perseroan juga naik 46%, yang sejalan dengan kenaikan biaya bahan bakar per liter dan kenaikan konsumsi bahan bakar secara tahunan.