2. PTPP
PTPP menggenggam laba bersih sebesar Rp59,38 miliar pada kuartal I-2025 atau anjlok 59,3 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp94,6 miliar.
Laba per saham dasar ikut turun dari Rp15 per saham menjadi Rp10 per saham.
Penurunan tajam pada laba perseroan seiring dengan merosotnya pendapatan usaha PTPP sebesar 23,93 persen di kuartal I ini menjadi Rp3,51 triliun dari sebelumnya Rp4,61 triliun.
Mayoritas lini bisnis mengalami penurunan pendapatan, seperti Jasa Konstruksi turun menjadi Rp2,89 triliun, pendapatan dari lini EPC anjlok jadi Rp262,62 miliar, dari Properti dan Realti susut jadi Rp140,62 miliar.
Kemudian pendapatan dari lini Pracetak ambles menjadi Rp8,44 miliar, dari lini Energi turun menjadi Rp16,48 miliar.
Sementara lini bisnis yang mencatatkan kenaikan pendapatan, yakni pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan konsesi menjadi Rp84,17 miliar, pendapatan dari Jalan Tol meningkat jadi Rp16,59 miliar, dan Jasa Pertambangan membukukan pendapatan Rp71,45 miliar dari sebelumnya nihil.
3. WSKT
Berbeda dengan ADHI dan PTPP yang masih mendulang untung, WSKT justru mencetak rugi bersih sebesar Rp1,25 triliun pada Januari-Maret 2025. Realisasi rugi ini membengkak 32,63 persen dibandingkan kuartal I-2024 sebesar Rp939,55 miliar.
Pendapatan usaha WSKT terpangkas 37,8 persen pada tiga bulan pertama ini menjadi Rp1,35 triliun dari sebelumnya Rp2,18 triliun di kuartal I tahun lalu.
Dari 7 segmen atau lini bisnis perseroan, nyaris seluruhnya mengalami penurunan pendapatan. Hanya lini Jalan Tol yang menyumbang kenaikan pendapatan menjadi sebesar Rp269,49 miliar di kuartal I-2025.
Sedangkan 6 lini bisnis sisanya turun pendapatannya, yakni Jasa Konstruksi menjadi Rp871,36 miliar, penjualan Precast menjadi Rp177,42 miliar, pendapatan Properti anjlok menjadi Rp8,99 miliar, penjualan Infrastruktur turun menjadi Rp5,38 miliar, pendapatan Hotel susut menjadi Rp19,71 miliar, serta pendapatan Sewa Gedung dan Peralatan turun jadi Rp2,22 miliar.