sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Adu Kinerja Saham Sektor Migas ELSA hingga RAJA, Siapa Jawaranya?

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
15/08/2025 15:55 WIB
Sejumlah saham emiten sektor minyak dan gas (migas) mencatatkan kinerja bervariasi sepanjang 2025.
Adu Kinerja Saham Sektor Migas ELSA hingga RAJA, Siapa Jawaranya? (Foto: Freepik)
Adu Kinerja Saham Sektor Migas ELSA hingga RAJA, Siapa Jawaranya? (Foto: Freepik)

IDXChannel – Sejumlah saham emiten sektor minyak dan gas (migas) mencatatkan kinerja bervariasi sepanjang 2025. Satu nama muncul sebagai jawara dengan lonjakan harga saham di atas 100 persen, sementara pemain lain tetap membukukan cuan meski kenaikannya lebih moderat.

Sepanjang 2025 hingga 15 Agustus (year to date/YtD), saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menjadi pemimpin dengan lonjakan harga 137,60 persen year-to-date (YTD), didorong aksi korporasi hingga ekspansi proyek.

Saham PT Elnusa Tbk (ELSA) menguat 23,97 persen. Pada Juli 2025, harga saham ELSA kembali mencatatkan rekor baru di Rp550 per unit, harga tertinggi dalam delapan tahun terakhir, mencerminkan optimisme pasar terhadap kinerja Elnusa yang terus bertumbuh secara berkelanjutan.

Kemudian, diikuti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 20,32 persen yang ditopang prospek pemulihan penjualan dan penjualan lahan industri.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencatat kenaikan 14,47 persen, sementara PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 10,45 persen. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tumbuh 7,25 persen, sedangkan PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) naik 4,13 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: TradingView 

CGS International (CGSI) Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi neutral untuk sektor minyak dan gas (migas) domestik. Analis menilai prospek permintaan energi global berpotensi tertahan akibat perlambatan ekonomi, terutama jika tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) menekan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia.

Dalam riset 16 Juni 2025, CGSI mengasumsikan harga minyak mentah berada di level USD70, USD68, dan USD70 per barel masing-masing untuk 2025, 2026, dan 2027. Angka ini sedikit di bawah rata-rata tahun berjalan yang berada di USD71 per barel.

CGSI menghitung, setiap kenaikan harga minyak sebesar USD5 per barel akan berdampak langsung pada kenaikan laba per saham (EPS) 2025 sebesar 21 persen bagi MEDC, dan 2 persen bagi PGAS. Dari sisi valuasi, kenaikan yang sama berpotensi mendongkrak valuasi MEDC sebesar 12 persen dan PGAS sebesar 2 persen.

Tingkat sensitivitas ini, menurut CGSI, sejalan dengan tingginya korelasi harga saham terhadap harga minyak. Dalam periode 2020–2024, korelasi PGAS mencapai 45 persen, sementara MEDC lebih tinggi di 60 persen.

Sementara itu, UOB Kay Hian menilai prospek sejumlah emiten minyak, gas, dan energi di BEI masih positif pada 2025, meski dibayangi tantangan pasokan dan dinamika harga komoditas global. Dalam riset 18 Juni 2025, analis UOB memaparkan proyeksi kinerja lima emiten utama: PGAS, MEDC, ELSA, RAJA, dan AKRA.

PGAS

PGAS menargetkan volume niaga gas 873–917 BBTUD tahun ini atau tumbuh 2–8 persen yoy, ditopang permintaan di Jawa Barat, Batang, Kendal, Jawa Timur, Batam, dan Dumai. Penurunan pasokan dari Blok Corridor akan diimbangi peningkatan regasifikasi LNG domestik. PGAS juga mendapat tambahan pasokan dari pengalihan ekspor ke Singapura. Perseroan mengalokasikan belanja modal USD338 juta (+31 persen yoy) pada 2025, dengan imbal hasil dividen diperkirakan mencapai 9,69 persen pada 2026.

MEDC

Medco Energi mencatat produksi O&G (oil and gas/migas) naik 52 persen pada 2020-2024. Tahun ini, tambahan produksi 30.000 boepd diharapkan dari pengembangan lapangan Forel dan Terubuk. MEDC juga mengoperasikan PLTP baru berkapasitas 35 MW (fase 1) di 1Q25, yang akan meningkat ke 55 MW pada fase 2. Selain itu, PLTS 25 MWp di Bali mulai beroperasi di 2Q25. Kepemilikan 21 persen di Amman Mineral diproyeksikan baru memberi dorongan produksi besar pada 2026.

ELSA

Elnusa membidik pertumbuhan laba bersih 10–15 persen tahun ini. Pada kuartal I-2025, pendapatan naik 20 persen yoy, meski laba bersih hanya tumbuh 2 persen akibat tekanan margin. Orderbook menguat menjadi Rp11,4 triliun, dan capex 2025 sebesar Rp594 miliar diarahkan untuk jasa hulu, distribusi & logistik, serta layanan penunjang.

RAJA

Rukun Raharja mengandalkan portofolio hulu, hilir, dan midstream berbiaya rendah, dengan enam kontrak jangka panjang senilai total USD2,4 miliar. Perusahaan tengah mengeksekusi lima proyek strategis termasuk akuisisi perusahaan niaga gas di Banten dan studi terminal LNG di Cilegon. RAJA juga merambah energi terbarukan dan amonia biru, dengan target PLTS 250 MW dan pabrik amonia beroperasi pada 2030.

AKRA

AKRA diproyeksikan membukukan pertumbuhan laba bersih 9 persen pada 2025, ditopang pemulihan volume penjualan dan penjualan lahan 90 hektare. Perusahaan menargetkan penjualan lahan 80–100 hektare tahun ini, dengan 20 hektare sudah diserahkan ke Golden Elephant Indonesia pada April 2025.

Pemulihan penjualan didorong meningkatnya aktivitas tambang dan pertumbuhan volume ritel dari ekspansi SPBU. Saat ini AKRA diperdagangkan pada valuasi 9,6 kali PE proyeksi tahun buku 2025 dengan potensi dividen yield 7-8 persen. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement