Sumber: TradingView
CGS International (CGSI) Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi neutral untuk sektor minyak dan gas (migas) domestik. Analis menilai prospek permintaan energi global berpotensi tertahan akibat perlambatan ekonomi, terutama jika tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) menekan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dunia.
Dalam riset 16 Juni 2025, CGSI mengasumsikan harga minyak mentah berada di level USD70, USD68, dan USD70 per barel masing-masing untuk 2025, 2026, dan 2027. Angka ini sedikit di bawah rata-rata tahun berjalan yang berada di USD71 per barel.
CGSI menghitung, setiap kenaikan harga minyak sebesar USD5 per barel akan berdampak langsung pada kenaikan laba per saham (EPS) 2025 sebesar 21 persen bagi MEDC, dan 2 persen bagi PGAS. Dari sisi valuasi, kenaikan yang sama berpotensi mendongkrak valuasi MEDC sebesar 12 persen dan PGAS sebesar 2 persen.
Tingkat sensitivitas ini, menurut CGSI, sejalan dengan tingginya korelasi harga saham terhadap harga minyak. Dalam periode 2020–2024, korelasi PGAS mencapai 45 persen, sementara MEDC lebih tinggi di 60 persen.
Sementara itu, UOB Kay Hian menilai prospek sejumlah emiten minyak, gas, dan energi di BEI masih positif pada 2025, meski dibayangi tantangan pasokan dan dinamika harga komoditas global. Dalam riset 18 Juni 2025, analis UOB memaparkan proyeksi kinerja lima emiten utama: PGAS, MEDC, ELSA, RAJA, dan AKRA.