Dengan penjualan tersebut, maka kepemilikan saham AOF di NINE berkurang. Kini, AOF mempunyai 319 juta saham atau setara 14,79 persen dari total saham NINE yang tercatat di Bursa Efek.
Perseroan menjadwalkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 April 2025. Rapat tersebut digelar untuk meminta persetujuan dari pemegang saham soal rencana rights issue senilai Rp80 miliar.
Sebagai informasi, AOF yang berbasis di Cayman Island memiliki peran dalam rencana akuisisi NINE oleh Poh Group. AOF memberikan pinjaman jangka pendek alias bridging loan sebesar USD455 ribu kepada NINE. Dana hasil rights issue jilid I rencananya sebagian digunakan untuk melunasi utang tersebut.
Dalam rights issue jilid I, Poh Group juga menggandeng AOF sebagai standby buyer. Selain melunasi bridging loan, dana hasil rights issue akan digunakan untuk modal kerja pra-operasi usaha tambang, biaya konsultan terkait penilaian keuangan dan hukum terkait aset tambang di Mongolia, Kamboja, dan Indonesia yang akan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan NINE.
Selain itu, perseroan juga akan menggelar rights issue jilid 2 dengan nilai lebih besar yakni USD200 juta atau Rp3,2 triliun. Aksi korporasi ini ditargetkan terlaksana pada akhir 2025 atau awal 2026. Dua tahap rights issue ini menjadi syarat pengambilalihan NINE oleh Poh Group.
(Rahmat Fiansyah)