Senada, analis senior Barchart.com Darin Newsom juga memperkirakan harga emas naik, mengingat kondisi global yang memanas.
"Perang saudara di AS makin membesar. Rudal beterbangan di Timur Tengah. Dunia menjual dolar AS. The Fed kemungkinan menahan suku bunga – jika rapatnya jadi digelar. Atau bahkan kalau masih ada pekan depan," ujarnya.
Analis RJO Futures Daniel Pavilonis melihat korelasi antara pergerakan emas dan minyak saat ketegangan di Timur Tengah memuncak. "Harga emas dan minyak sama-sama naik tajam, tapi langsung turun lagi setelah Iran membalas serangan. Seakan-akan pasar berkata: ‘Tidak terjadi apa-apa. Lalu selanjutnya apa?’” kata dia.
Ia menilai kenaikan harga emas masih tertahan di bawah rekor April lalu, dan eskalasi lanjutan dibutuhkan untuk mendorong harga menembus level tersebut.
Survei Kitco pekan ini melibatkan 14 analis Wall Street; 71 persen memperkirakan harga emas naik, 7 persen turun, dan sisanya melihat pasar bergerak datar. Dari 253 responden ritel, 58 persen memperkirakan kenaikan, 21 persen penurunan, dan 21 persen memperkirakan konsolidasi harga.