Target harga Rp1.200/saham yang diharapkan memberikan implikasi EV/EBITDA di kisaran 11,2x, yang mana ini sesuai dengan penilaian transaksi merger dan akuisisi global yang memberikan valuasi 6,9-13,4x EV/EBITDA.
Selain itu angka tersebut juga selaras dengan perusahaan pembangkit independen (IPP) global yang memiliki valuasi 8,5-22,5 kali EV/EBITDA.
Sejumlah hal penting lain yang dicatat Mansek dalam laporannya selain peran penting Geothermal di masa depan termasuk:
1. Posisi PGEO sebagai IPP geothermal terbesar di dunia dengan margin tebal.
2. Ambisi penambahan kapasitas pembangkit memperlebar jaraknya dengan kompetitor
sebagai pemimpin utama di sektor geothermal.
3. Bisnis dan operasional PGEO yang sangat cocok untuk proksi ESG, baik itu dari sisi
lingkungan, sosial maupun tata kelola.
4. Potensi lebih besar di masa depan khususnya terkait bursa karbon yang uji coba akan
dilakukan tahun ini dan dapat berjalan penuh tahun 2025.
(TSA)