Alfred beranggapan anggaran buyback hingga Rp1 triliun tidak begitu signifikan jika melihat posisi kas kuartal I 2022 yang sebesar Rp 18,6 triliun. Namun begitu, dampaknya akan menjadi katalis positif bagi harga sahamnya, dengan buyback hingga Rp 1 triliun berarti mencapai 10 persen dari saham publik atau cukup efektif menjadi stabilitas (penopang) harga sahamnya di pasar.
"Dengan pembatasan maksimal harga pembelian di Rp 801 per lembar atau premium 10 persen dari harga saat ini (Rp 735; Penutupan 7 Juni 2022) maka bisa menjadi sentimen positif untuk mengangkat harga sahamnya potensi mendekati level harga IPO Rp 800 per lembar," kata Alfred.
Senada, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger MM mengatakan, langkah Mitratel melakukan buyback saham senilai Rp 1 triliun merupakan hal yang tepat. Menurut Roger, Mitratel memiliki fundamental yang solid. Hal ini terlihat dari pertumbuhan kinerja emiten hingga kuartal I 2022 yang mana mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 34 persen dan pendapatan naik hingga 21 persen.
Roger menyampaikan, emiten melakukan buyback karena pergerakan saham emiten berbanding terbalik dengan kinerja, sehingga momen yang tepat bagi emiten untuk melakukan buyback saat ini. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan performa harga saham emiten. "Dengan buyback maksimal Rp 1 triliun setidaknya emiten bisa mengembalikan harga sahamnya kembali ke harga IPO atau bahkan lebih," tutup Roger. (RRD)