"Kami melihat penurunan tersebut akibat dari kejadian luar biasa Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) di 2022, sehingga produksi susu pada tahun tersebut mengalami penurunan signifikan hingga 824 ribu ton atau dapat dikatakan bahwa produksi susu nasional hanya dapat memenuhi 19 persen sampai 22 persen kebutuhan susu nasional," tuturnya.
Lalu darimana susunya untuk memenuhi program minum susu gratis, jika produksi susu belum mencukupi untuk kebutuhan nasional?
"Dengan adanya program tersebut sudah mendatangkan suatu persoalan, yakni memperlebar defisit neraca susu nasional, di mana rata-rata kebutuhan susu nasional yang semula 4 juta ton menjadi 8,7 juta ton per tahun," ujar Andhika.
"Impor menjadi hal wajib dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional dengan persoalan lainnya yang menurut kami struktural adalah kurangnya populasi sapi perah nasional (per 2023 sekira 585 ribu)," lanjutnya.
Padahal, sambung dia, standar banyaknya populasi sapi untuk pemenuhan kebutuhan susu reguler ini mencapai sekira 900 ribu ekor, jika ditambah dengan program minum susu gratis untuk siswa SD setidaknya harus berjumlah 1,1 juta ekor.