IDXChannel – Permintaan Crude Palm Oil (CPO) di berbagai negara menurun belakangan. Kendati demikian, pemerintah Indonesia sedang menggalakkan program B35 yang turut menjadi angin segar bagi industri ini di tengah pelemahan permintaan CPO.
Mengutip riset MNC Sekuritas dengan tajuk “Plantation Sector Updates: Low-Key View as Prices Moderate” yang dirilis pada Selasa (24/1), jumlah impor CPO China dari Indonesia merosot 24,4 persen secara year on year (yoy) menjadi 4,4 juta metrik ton (mt) selama 11 bulan 2022.
Adapun, penurunan tersebut didorong oleh meningkatnya produksi minyak nabati yang mengimbangi permintaan untuk minyak sawit.
Sementara, di India dan sejumlah negara eropa juga mengalami penurunan permintaan impor minyak sawit dari Indonesia.
Melansir data MNC Sekuritas, impor CPO dari Indonesia di India turun hingga 10,7 persen yoy menjadi 5,9 juta mt. (Lihat data di bawah ini.)
Sedangkan di sejumlah negara Eropa, permintaan impor minyak sawit dari Indonesia juga diprediksi menurun 4 persen menjadi 5,3 juta mt di tahun 2023 karena pembatasan penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar biodiesel.
Walaupun memang, ada penurunan permintaan sawit terutama dari sejumlah negara di Eropa, adanya peningkatan permintaan ekspor dari China dan India diprediksi dapat mengimbangi penurunan tersebut.
“Kendati demikian, kami melihat potensi peningkatan permintaan ekspor sebesar 58,6 persen yoy mengingat permintaan Eropa yang lebih rendah akan diimbangi oleh potensi China dan India yang menyumbang 29 persen dari volume ekspor nasional,” tulis MNC Sekuritas.
Di samping adanya penurunan permintaan, MNC Sekuritas juga menyebutkan adanya penurunan produksi CPO di Tanah Air sepanjang 10 bulan di 2022.
Adapun, total produksi CPO di Indonesia turun sebesar 2,3 persen yoy menjadi 41,6 juta mt diikuti oleh penurunan volume ekspor CPO sebesar 12,5 persen menjadi 21,4 juta mt.
Selain itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksikan, penurunan produksi CPO akan terus berlangsung sepanjang 2023 dengan penurunan sebesar 1,9 persen yoy menjadi 51,5 juta mt, mengingat kenaikan harga pupuk akibat konflik geopolitik.
Sejurus dengan produksi CPO domestik yang merosot, sejumlah perusahaan perkebunan sawit juga mencatatkan penurunan hingga 2,9 persen yoy sepanjang 9 bulan 2022.
Adapun, perusahaan yang melaporkan penurunan produksi adalah PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI), PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).
“Kami juga melaporkan adanya penurunan produk turunan CPO dari perusahaan tersebut yang mencapai 8,4 persen secara yoy,” tulis riset tersebut.